Mewarisi Darah Ulama Besar

15

kebiasaan yang ada di lingkungan pesantren di mana

hubungan kiai dan anaknya sangat kaku. Selain itu,

Gus Mus juga mengisahkan kepada Gus Yahya bahwa

ayah Gus Yahya, kakak dari Gus Mus, Kiai Cholil, juga

memiliki hubungan yang sangat kaku dengan ayahnya,

Kiai Bisri, atau kakeknya Gus Yahya. Ketika Kiai Bisri

wafat, Kiai Cholil adalah yang paling syok di antara anak-

anak yang lain karena sampai Kiai Bisri wafat Kiai Cholil

tak sempat memiliki hubungan yang akrab dengannya.

Sejak mendengar kisah-kisah tersebut, Gus Yahya

memberanikan diri untuk berinteraksi dengan ayahnya

dengan menanyakan berbagai hal. Berkat dorongan

tersebut akhirnya komunikasinya menjadi baik dan ia bisa

akrab dengan ayahnya.

Sosok Kakek

Kakeknya Gus Yahya adalah KH. Bisri Mustofa atau Kiai

Bisri –seorang kiai dengan multitalenta: penyair, politisi,

orator ulung, dan penulis. KH. Sahal Mahfudh menjuluki

Kiai Bisri sebagai sosok yang memukau pada zamannya

(faridu ashrihi) (Aziz, 2015). Ayahnya Gus Yahya, Kiai

Cholil, adalah putra pertama dari Kiai Bisri. Kiai Bisri

menempa keulamaannya di sejumlah pesantren di Jawa.

Masa kecilnya dihabiskan di pesantren Kasingan, Rembang

bersama Kiai Kholil yang kelak menjadi mertuanya. Ia juga

belajar di Lasem dengan Kiai Ma'shum, ayah dari KH. Ali

Ma’shum, dan KH. Dimyati Tremas, Pacitan, Jawa Timur.

Pada 1935 Kiai Bisri mempersunting Ma’rufah putri Kiai

Kholil dan dikaruniai anak: Muhammad Cholil Bisri,

Ahmad Mustofa Bisri, Adib Bisri, Faridah, Najikah, Labib,

Nihayah dan Atikah (Huda, 2005).